Berita Terbaru :

Hikmah dari kasus briptu Rani, otokritik bagi lembaga kepolisian

Soal politik, olah raga, dan pendidikan masih jauh di bawah peringkat kasus Briptu Rani.

Berbagai simpati yang mengalir
(Oleh Gilig Pradhana) Menurut data yang diperoleh dari Google Trends, topik tertinggi yang trend di Indonesia selama 30 hari terakhir ini adalah briptu Rani. Bagi anda yang tidak memiliki televisi seperti saya, tentu bertanya-tanya, kasus apakah yang melambungkan namanya sehingga menjadi topik pembicaraan se-Indonesia Raya ini?

Ternyata setelah dicari di google, terkuaklah bahwa ini adalah kasus pelecehan seksual, ck ck ck... Ini menyimpulkan beberapa hal:

Masyarakat Indonesia sangat prihatin kepada korban pelecehan seksual, atau sangat menyukai hal-hal yang berbau seks?

Maka saya pilihlah salah satu berita dari yahoo. Sebab, sumber berita lain ada yang cenderung mengekspos sisi sensual dan memanfaatkan foto-foto korban.  Yang menarik saya bukanlah isi beritanya saja, melainkan juga tanggapan pembaca terhadap berita tersebut.

Ternyata semua komentar yang saya baca berpihak kepada korban dan menuntut adanya penegakan hukum. Uniknya, sebagian besar seolah sudah maklum dengan kondisi kepolisian (dan juga pejabat) yang dikatakan "bejat moralnya". Masyarakat sudah paham, bahwa ketika yang disebut "oknum pelaku" adalah yang tertangkap dan diangkat oleh berita. Sedangkan yang terjadi sebenarnya sudah jauh lebih banyak dari itu, bahkan dipercaya sudah memang bagian dari sistem.

Pernah acara Golden Ways yang dibawakan oleh Mario Teguh mengundang polisi-polisi sebagai peserta. Dalam kesempatan tersebut seorang polwan bertanya, "kenapa pandangan masyarakat begitu negatif terhadap Polri?" Saya pikir, dan itu yang dijawab dengan lebih baik oleh Mario Teguh, Polri perlu melihat ke dalam dan melakukan pembenahan diri. Sudah cukup banyak berita yang lebih dipercaya oleh masyarakat daripada klaim yang dilakukan melalui slogan dan spanduk.

Apakah masyarakat saja yang perlu menghormati?
Misalnya dalam kasus suap-menyuap di jalanan. Tentu tidak akan terjadi kalau polisi memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan. Hal ini sudah menjadi rahasia umum di masyarakat bahwa  "oknum" polisi juga banyak yang menawarkan "jasa damai". (Ingat makna oknum di atas?)








Termasuk pula dalam kasus-kasus yang dilabeli "terorisme" oleh kepolisian. Minimnya transparansi dan banyaknya kekerasan --bahkan pembunuhan-- kepada warga negara yang masih berstatus "tersangka" atau "terduga" membuat banyak elemen yang mempertanyakan profesionalitasnya. Yang semakin berkembang justru dugaan bahwa Polri menerima dana asing untuk memerangi Islam di dalam negeri.


Inilah kiranya yang menjadi faktor utama miringnya opini masyarakat kepada institusi pemerintahan, khususnya Polri, untuk lebih fokus kepada pembenahan internal sebelum membenahi masyarakat. Masyarakat akan merasa tenang dan akan mengikuti teladan yang dicontohkan oleh para penegak hukum. Jika penegak hukumnya saja sudah melanggar, bagaimana mengharapkan masyarakatnya tertib hukum? Bila penegak hukumnya saja sudah mengobral kekerasan, bukankah wajar bila masyarakatnya pun terpengaruh untuk melakukan kekerasan?

Semoga yang demikian segera bisa dibersihkan dan Polri kelak menjadi instansi penegak hukum yang adil dan berwibawa, benar-benar membela kebenaran yang sejati.
Share this Article on :

1 comments:

Jalaludin mengatakan...

wah wah wah...

Posting Komentar

Mohon saran dan kritiknya


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Seluruh kebaikan dari situs ini boleh disebarluaskan tanpa harus mengutip sumber aslinya, karena pahala hanya dari Allah | Dikelola oleh © SMK Al-Furqan Jember.