Kemudian yang paling penting dari pengajaran itu adalah memberikan kesimpulan yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah. Adanya berbagai perbedaan memanglah sesuatu yang lumrah. Meski begitu bukan berarti kita menerima semuanya sebagai sesuatu yang baik. Budaya harus dipilah, dan hanya yang baik yang dipilih. Siswa yang tidak memiliki kemampuan mengenali budaya yang buruk akan cenderung ikut-ikutan, sehingga melahirkan generasi muda yang tidak berkualitas. Contohnya adalah maraknya seks bebas di kalangan pelajar, ini disebabkan banyaknya budaya Barat yang masuk melalui media massa, yang ditelan begitu saja oleh anak muda.
Dengan kurikulum tetap berbasis pada Al-Qur'an dan As-Sunnah, pendidikan multikulturalisme dan pluralisme tetap dapat diberikan di sekolah dengan menunjukkan kesesatan kedua paham tersebut. Ini penting untuk ditekankan. Guru harus berperan aktif dalam membentengi generasi muda dari pengaruh negatif budaya kufur. Sebab meskipun telah difatwakan sebagai sebuah paham yang sesat oleh MUI (lihat linknya disini), masih banyak kalangan masyarakat awam yang belum mengetahui informasi tersebut disamping juga tidak mampu memahami perbedaan antara "pluralitas" yang wajar terjadi dengan "pluralisme" sebuah paham sesat yang menggerogoti aqidah.
Namun yang lebih berbahaya adalah adanya pihak yang menyengaja menyebarkan paham sesat ini ke dalam tubuh ummat Islam, seperti LSM, ormas, lembaga pendidikan tinggi, atau kelompok-kelompok liberal seperti dalam berita ini.
Lihat bacaan lain dari:
0 comments:
Posting Komentar
Mohon saran dan kritiknya