Berita Terbaru :

Nasionalisme: Bentuk Lain Sikap Kesukuan


“Suatu ketika di Gaza, (sebuah pasukan) ada seorang dari suku Muhajirin mendorong seorang lelaki dari suku Anshar. Orang Anshar tadi pun berteriak: ‘Wahai orang Anshar (ayo berpihak padaku).’ Orang Muhajirin tersebut pun berteriak: ‘Wahai orang Muhajirin (ayo berpihak padaku)’. Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam pun mendengar kejadian tersebut, beliau bersabda: ‘Pada diri kalian masih terdapat seruan-seruan jahiliyyah.’ Mereka berkata: ‘Wahai Rasulullah, seorang Muhajirin telah mendorong seorang dari suku Anshar.’ Beliau bersabda: ‘Tinggalkan sikap yang demikian karena yang demikian adalah perbuatan busuk.’” 
(HR. Al Bukhari no.4905)
Muhajirin dan Anshar adalah dua kaum yang mulia, yang dipuji oleh Allah Ta’ala, yang menjadi pendukung pertama dakwah Rosul. Namun kemuliaan tersebut tidak serta merta menjadikan mereka benar dalam segala hal. Dan tatkala mereka menyerukan fanatisme, bersikap kesukuan, Rasulullah saw menyatakan bahwa sikap mereka tersebut adalah sikap jahiliyah, padahal jahiliyah adalah kondisi sebelum datangnya Islam.
Sikap fanatisme kesukuan atau kebangsaan adalah sebuah sikap yang membedakan seseorang berdasarkan darimana dirinya berasal sehingga satu suku bangsa merasa lebih baik dari suku bangsa yang lain, atau muncul perasaan bahwa suku bangsa tertentu terpisah dengan suku bangsa yang lain. Hal ini dilarang oleh Allah azza wa jalla,

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan (di masa Jahiliyah), Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
(QS. Ali Imron 103)
Kedatangan Islam menghapus sikap kesukuan dan kebangsaan tersebut. Setelah Islam datang, pengikut Rosulullah tidak lagi dipermasalahkan darimana sukunya, melainkan apa aqidah yang dipegangnya. Perlakuan Rosulullah kepada kaum Muslimin sama dan sederajat, kepada Bilal dari Afrika, kepada Salman dari Persia, Abu Dzar dari Ghifar, Miqdad bin Amr dari Quraisy, Sa’d bin Muadz dari Anshor semuanya tidak dibeda-bedakan.

Islam bukan saja menyatukan suku-suku dan bangsa-bangsa, namun juga menghapuskan perasaan fanatisme kesukuan dan kebangsaan,

“Barangsiapa berperang di bawah panji (bendera) nasionalisme (kebangsaan atau kesukuan) yang menyeru kepada fanatisme atau bersikap marah (emosi) karena mempertahankan fanatisme (golongan) lalu terbunuh maka matinya pun jahiliyah.
(HR. An-Nasaa'i)
Seorang Muslim tidak saja diharamkan untuk berperang membela nasionalisme, membela bangsanya, atau membela sukunya, sebab setelah datangnya Islam maka perang itu hanyalah untuk membela Islam saja. Orang jahiliyah marah karena suku atau bangsanya, mereka membela karena sukunya atau bangsanya sama, meskipun berada di pihak yang dzolim atau salah. Orang jahiliyah membenci atau memerangi orang-orang yang berbeda suku bangsa meskipun yang dibencinya benar.

Ka'ab bin 'Iyadh pernah bertanya kepada Nabi Muhammad saw, “Ya Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya, apakah itu tergolong fanatisme?” Nabi Saw menjawab, ‘Tidak, fanatisme (ashobiyah) ialah bila seorang mendukung (membantu) kaumnya atas suatu kezaliman’.”
(HR. Ahmad)
Dari sini mencintai negeri kelahiran berbeda dengan sikap fanatisme. Mencintai sukunya, mencintai bangsanya, tidak sama dengan sikap sukuisme, atau nasionalisme. Mencintai suku bangsanya diperbolehkan apabila dalam hal yang baik saja. Apabila terdapat kesalahan atau kezaliman yang dilakukan oleh suku bangsanya, maka hal tersebut tidak dibelanya, malah diluruskannya dengan Islam. Inilah sikap mencintai yang benar. Wallahu a’lam bish showab.

Share this Article on :

8 comments:

el nino rozi mengatakan...

Pemikiran fanatisme hanya dapat menimbulkan ego yang besar terhadap diri sendiri dan sangat menjunjung tinggi kebangsaan, sehingga dia tdk perduli bangsa mna yg salah dan yg benar, yang ia pikirkan adalah bagaimna bangsanya bsa mngalahkan bangsa-bangsa lainnya walaupun satu akqidah.....dan ini sungguh tercela.

uswatun hasanah mengatakan...

kita dalam melakukan sesuatu lebih baik kita melihat contoh-contoh yang telah dilakukan rosulullah dan mencari kebenaran dari al-qur'an dan as-sunnah
karena biar kita tidak salah dalam melakukan sesuatu yang menurut kita baik tapi itu tdk pernah di lakukan Nabi S.A.W dan dibenci oleh allah misalnya:kita membela negara kita dalam mengikuti lomba sempak bola dan pada acara itu penonton perempuan dan laki2 yang bkan muhrimnya saling bercampur baur maka itu yang paling dibenci dan tidak disukai Allah Dan Rosulnya.

citra dessy nawa catur mengatakan...

meskipun kita di ciptakan dengan berbeda-beda suku dan bangsa namun apapun yang kita lakukan harus sesuai dengan syariat islam dan mengerjakan yang telah di perintahkan oleh allah.dan kita wajib memerangi apa-apa yang tidak sesuai dengan syariat islam terutama memerangi kaum-kaum yang menyakiti umat muslim.

znb mengatakan...

apabila kita menyeru pada fanatisme pastinya kita akan cenderung untuk memilih sikap kesukuan dan kebangsaan sedangkan datangnya islam adalah utk menghapus hal tersebut. perbuatan tersebut telah dilarang dan sangatlah tercela di hadapan Allah dan RasulNya. Dan dikategorikan pemikiran yang jahiliyah. seperti yang disabdakan oleh Rasullah SAW dalam sebuah hadist.

binta brilian mengatakan...

kita tidak boleh berfikiran fanatisme kepada suku atau bangsa lain membeda-bedakan dari yang satu dengan yang lain.karena di AL-QURAN tercantum semua manusia itu sama hanya iman dan taqwalah yang membedakannya.Jadi kita janganlah membedakan suku atau pun bangsa hingga sampai terjadi pertengkaran antar suku atau bangsa itu sangat tidak boleh dalam islam.Mencintai suku bangsa boleh asalkan tidak berlebihan,Dan lebih baik kita kembali ke QURAN DAN SUNAH itu lebih baik agar selamat.

m. risqi maulana agil mengatakan...

setiap orang memang diciptakan berbeda, tetapi jangan jadikan perbedaan itu sebagai alasan untuk bermusuhan, apapun alasannya .
atau perbedaan bangsa yg kita jadikan alasan, tentu saja itu tidak boleh

laila mengatakan...

meskipun kita di ciptakan berbeda-beda suku bangsa, kita tidak boleh membedakan itu, karena yang di nilai oleh ALLAH bukan kekayaan atau keturunan. tapi yang di nilai oleh allah adalah ketaqwaannya

Nita mengatakan...

sikap fanatisme tidak bisa membedakan mana yg benar dan salah, hanya islam yang bisa membedakannya..,
bukan hanya mengandalkan emosinya saja, tapi bagaimana kita berfikir dan membedakan dengan cara yang benar yaitu melalui islam..,
karna Allah SWT tidak akan melihat dari suku bangsa atau kebudayaan, dll. Tapi Allah melihat seberapa besar iman dan taqwa kita selama ini..,

Posting Komentar

Mohon saran dan kritiknya


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Seluruh kebaikan dari situs ini boleh disebarluaskan tanpa harus mengutip sumber aslinya, karena pahala hanya dari Allah | Dikelola oleh © SMK Al-Furqan Jember.