(SMKAF) Beberapa
waktu yang lalu marak di media massa kasus kekerasan yang dilakukan oleh guru
terhadap muridnya. Mulai dari tindakan pemukulan, menjewer hingga memar,
mencubit sampai terluka. Berbagai alasan yang menjadi sebab terjadinya tindakan
tersebut, antara lain karena datang terlambat, membuat gaduh di dalam kelas dan
tidak mengerjakan tugas. Kasus lain yang juga memiriskan hati dilakukan oleh
guru adalah pelecehan seksual, sodomi, dan menghamili muridnya. Anak didik yang
membutuhkan kasih sayang dan bimbingan
justru mendapatkan kekejaman dan prilaku yang tidak senonoh dari gurunya.
Setiap orang tua pasti tidak akan rela bila putra-putrinya diperlakukan
demikian.
Di
sisi lain ada juga guru yang membiarkan muridnya melakukan pelanggaran. Tanpa
rasa bersalah muridnya berpacaran, merokok, berkata kotor, berdusta, di hadapan
guru akan tetapi tidak mendapatkan sanksi sedikitpun. Bahkan ketika mendapati
ada muridnya yang tidur di dalam kelas tanpa alasan yang dibenarkan, guru tersebut
diam tidak melakukan reaksi apapun. Akibatnya aturan atau tata tertib yang berlaku
semakin diabaikan dan tidak diperhatikan. Bila hal ini terjadi maka mereka akan
semakin nakal, sulit untuk memahami dan mentaati peraturan.
Melihat
kondisi kenyataan seperti ini, maka sangat penting bagi siapa saja yang diberi
amanah sebagai pendidik, baik orang tua atau guru untuk mengetahui sosok yang
pantas dan wajib kita teladani. Sosok pendidik yang telah berhasil mencetak
generasi terbaik umat ini, yakni Nabi kita Muhammad .
Allah berfirman yang
artinya:
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”. (Al-Ahzab: 21)
Berdasarkan
ayat tersebut telah jelas, Dzat Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu memberikan
contoh bagi umat manusia tentang sosok pendidik yang harus diikuti, khususnya
siapa saja yang mengaku beriman. Maka sangat tidak perlu dan tidak pantas bagi
kita untuk mencari sosok teladan dari orang kafir walaupun mereka memiliki
kecerdasan intelektual yang tinggi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang
maju. Padahal itu semuanya tidak akan berguna bagi mereka disebabkan karena
mereka kafir kepada Allah .
Sangat disayangkan bila para
pendidik di kalangan umat islam mengambil tokoh-tokoh barat yang kafir bahkan
dari kalangan yahudi atau nashrani yang telah jelas dilaknat oleh Allah . Karena yang menjadi tujuan utama
dalam pendidikan bukan agar anak didik kita memiliki dan menguasai ipteks atau
mampu diserap oleh dunia kerja, akan tetapi
adalah membentuk pribadi yang berakidah dan berakhlak mulia, senantiasa
hanya menjadikan Allah sebagai tempat bersandar bagi
kehidupannya. Untuk mewujudkan pribadi yang seperti ini tidak pernah lepas dari
sosok pendidik yang beradab, berakidah dan berakhlak mulia sebagaimana yang
telah dilakukan oleh Rasulullah kepada para sahabat beliau
Dengan dijadikannya Rasulullah sebagai suri tauladan bagi umat manusia,
maka ini adalah suatu kenikmatan yang sangat besar bagi kita untuk mengetahui
hal-hal apa saja yang harus dimilki bagi setiap pendidik agar bisa diharapkan
keberhasilannya dalam mendidik anak-anak atau murid- murid kita. Kita bisa
instropeksi diri, selama ini sejauh manakah kesungguhan kita dalam mengemban
amanah besar ini? Pantaskah kita menjadi pendidik yang baik bagi anak-anak atau
murid-murid kita? Maka kita harus mengetahui sifat atau adab yang harus dimilki
bagi setiap pendidik agar bisa menjadi pendidik yang baik dan beradab serta
dapat memberi manfaat bagi anak didiknya. Sifat atau adab yang harus dimiliki
bagi setiap pendidik antara lain:
- Keikhlasan dalam menjalankan tugasnya tidak hanya sekedar untuk mencari nafkah, karena profesi tersebut seperti tugas yang diemban oleh para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan petunjuk dan mengajari manusia tentang agama mereka untuk kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dan perkara ini termasuk bentuk ibadah yang wajib diniatkan ikhlas karena Allah , tidak untuk selain-Nya.
- Mampu menjadi teladan bagi anak didiknya baik dari segi ucapan dan perilakunya. Senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang. Pendidik tersebut menginginkan kebaikan bagi anak-anak didiknya sebagaimana kebaikan yang diinginkan oleh dirinya.
- Bersabar dalam mendidik kepada arah atau jalan yang benar, serta menghadapi segala permasalahan yang dialami oleh anak didik atau permasalahan dalam pengajaran. Karena dengan kesabaran dapat menjadi sebab turunnya pertolongan Allah dalam menjalankan tugasnya yang mulia ini.
- Tawadhu’ atau rendah hati dalam menerima kebenaran walaupun itu datangnya dari anak didiknya. Kembali kepada kebenaran adalah suatu keutamaan tatkala telah jelas baginya kesalahan atau kekeliruan yang selama ini dilakukan atau diyakini. Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim ketika beliau menceritakan kisah tentang Imam Malik -semoga Allah merahmatinya- saat mendapatkan hadits Nabi yang bertentangan dengan fatwanya, maka Imam Malik mencabut fatwanya tersebut dan mengikuti hadits Nabi .
- Saling membantu antara sesama pendidik, saling menasehati dan bermusyawarah untuk kebaikan anak didik khususnya dalam memecahkan masalah yang cukup sulit untuk diselesaikan bila menimpa anak didik kita.
0 comments:
Posting Komentar
Mohon saran dan kritiknya