Ustadz Ahmad Sarwat, Pengarang |
PENGANTAR
(www.smkalfurqan.com) Salah satu gejala yang melemahkan kekuatan umat
Islam adalah masalah perbedaan pendapat yang menjurus kepada perpecahan, saling
caci, saling tuduh dan saling mengatakan bahwa saudara muslim sendiri sebagai
ahli bid’ah. Bahkan sudah sampai kepada klaim bahwa saudaranya itu adalah
penghuni neraka.
Padahal pasalnya sederhana, kebetulan saudara
muslim itu agak berbeda tata cara shalatnya dengan dirinya. Sementara ustadz
yang mengajarkan shalat mengatakan bahwa yang paling
benar dan memenuhi sunnah nabi SAW hanyalah versi yang diajarkannya.
Akibatnya perbenturan masalah khilafiyah ini
tidak terhindarkan lagi.
Hal ini umumnya berangkat dari kelemahan konsep
dalam memahami syariat Islam secara lengkap. Dan
memang kebetulan syariah Islam umumnya diajarkan
lewat satu versi oleh para ustadz dan kiyai. Sehingga pada saat berbagai macam
versi pendapat itu bertemu di level umat, muncullah berbagai kegaduhan
internal. Sayangnya, terkadang semua itu masih ditambahi dengan sikap-sikap yang
kurang elegan, serta terkesan mau menangnya sendiri.
Sekian banyak elemen umat dengan berbagai paham
dan pendekatan fiqih masing-masing, pada gilirannya akan menjadi sebuah duri
dalam daging yang akan menusuk tubuh umat ini. Sudah saatnya umat Islam punya
buku sebagai rujukan yang memandu mereka dalam mengarungi lautan masalah
ikhtilaf, melintasi belantara perbedaan pendapat fiqhiyah. Bagaimana seharusnya
bersikap dan etika apa yang harus dijalankan, semua insya Allah bisa dibaca di
dalam buku ini.
Boleh dibilang selama ini kita kesulitan
mendapatkan jawaban fiqih yang tidak harus menghakimi kelompok tertentu, atau
menyatakan kesalahan pendapat mereka. Kebanyakan justru ingin melakukan koreksi
atas apa yang dianggapnya tidak sesuai dengan yang diyakini. Padahal belum
tentu koreksinya itu kearah kebenaran mutlak. Sebab selama suatu masalah itu
masih menjadi titik perbedaan para fuqaha, selama itu pula pasti akan terus
terjadi perbedaan pendapat di kalangan awam.
Untuk itu buku ini punya misi lain yaitu mengajak
umat Islam untuk tidak saling menghakimi orang lain.
Sebaliknya kita belajar untuk saling menghargai,
saling memahami dan saling memaklumi atas perbedaan pandangan fiqih. Toh kalau
benar akan dapat pahala dan kalau salah pun dapat pahala juga. Jadi tidak ada
istilah kalau salah lalu disiksa atau diadzab di dalam neraka. Akhirnya,
penulis memohon ampunan dari Allah SWT atas segala silap dan kesalahan, karena
Yang Maha Sempurna hanya Allah SWT semata. Pasti disana-sini ada kesalahan,
baik ejaan bahkan isinya.
Jakarta,
20 Ramadhan 1428 H / 2 Oktober 2007
Ahmad
Sarwat, Lc
Bersambung...
Bersambung...
0 comments:
Posting Komentar
Mohon saran dan kritiknya