Berbeda dengan Islam, pemberitaan dalam Demokrasi memiliki banyak kerancuan tolok ukur karena berkembang menurut budaya setempat. Apa yang dirasa baik oleh suatu bangsa bisa dianggap buruk oleh bangsa lain. Bahkan yang dianggap buruk oleh suatu bangsa seiring berjalannya waktu bisa dianggap baik di kemudian hari. Contoh yang paling nyata adalah kasus "Miss Universe" yang pada tahun 1990-an dianggap tabu, sampai-sampai perwakilan dari Indonesia mendapatkan banyak protes. Namun di tahun 2000-an malah diadakan di dalam negeri. Pemberitaannya di media massa mendapatkan rating tinggi dan dicari oleh masyarakat Indonesia yang konon bertata krama.
Sedangkan dalam Islam, pemberitaan harus memperhatikan tolok ukur dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Isi berita tidak boleh mendorong untuk berbuat maksiat. Berikut ini adalah contoh dampak kebebasan pers yang tidak sesuai dengan Islam, sebuah artikel yang ditulis oleh Adian Husaini, dalam insistnet.com
PELECEHAN AGAMA ATAS NAMA KEBEBASAN BERPENDAPAT
Bagi umat Islam, sosok Nabi Muhammad saw adalah sosok yang suci (mashum), sangat dihormati, dan lebih dicintai oleh seorang mukmin sejati, dibandingkan diri, keluarga, harta, dan bahkan nyawanya sekali pun. Muhammad saw merupakan sosok yang namanya paling banyak disebut oleh manusia. Lidah orang mukmin hampir tiada pernah kering menyebut namanya, tanda cinta dan hormat kepada sosok manusia pilihan Allah; Nabi terakhir, Nabi akhir zaman, yang ucapan, tindakan, dan seluruh perilakunya adalah suri tauladan bagi orang mukmin. “Sungguh telah ada dalam diri Rasulullah itu teladan yang baik bagimu.”
Di tengah kekhusyukan kaum Muslim memuji dan membaca shalawat untuk Sang Nabi saw itulah, tiba-tiba kaum Muslim disengat berita yang sangat biadab dan keterlaluan. Nabi Muhammad dilecehkan oleh kaum kafir. Nabi yang mulia dijadikan sebagai bahan mainan, bahan tertawaan, dan bahan ejekan. Sebenarnya kasus ini sudah terjadi bulan September 2005, tetapi hingga Februari 2006, kasus ini masih terus bergulir dan masih menimbulkan perasaan pedih di hati umat, sehingga menyulut semangat jihad melawan sebuah kezaliman yang teramat sangat.
Akhir September 2005, Muslim di Denmark dikejutkan oleh harian terlaris di Denmark, Jyllands-Posten edisi 30 September, yang memuat 12 gambar kartun yang sangat menghina dan melecehkan Nabi Muhammad saw. Dalam salah satu kartu digambarkan Nabi tampil dalam sorban yang bentuknya mirip bom yang dipasang pada bagian kepalanya. Tentu, maksudnya, si pembuat kartun berusaha menggambarkan Nabi terakhir itu sebagai sosok teroris. Pada kartun lain, Nabi saw digambarkan sedang berteriak kepada sejumlah orang, “Berhenti, kita sudah kehabisan perawan!”
Tentu saja kartun-kartun itu merupakan sesuatu tindakan yang sangat biadab. Menyimak kartun-kartun yang beredar di berbagai jaringan internet itu, kita bisa menyimpulkan, bahwa para penulis kartun dan media tersebut, bukan melakukan tindakan itu tanpa kesengajaan. Mereka jelas sangat sengaja melecehkan umat Islam dengan menghina dan melecehkan Nabi Muhammad saw. Apalagi, beberapa waktu sebelumnya, Ratu Denmark, Margrethe II, juga sudah mengumumkan perang terhadap Islam. Kata Sang Ratu: “Selama beberapa tahun terakhir ini, kita terus ditantang Islam, baik secara lokal maupun global. Ini adalah sebuah tantangan yang harus kita tangani dengan serius. Selama ini kita terlalu lama mengambangkan masalah ini karena kita terlalu toleran dan malas… Kita harus menunjukkan perlawanan kita kepada Islam dan pada saatnya, kita juga harus siap menanggung resiko mendapat sebutan yang tidak mengenakkan, karena kita tidak menunjukkan sikap toleran.” (Biografi Ratu Margrethe II, April 2003, dikutip dari Republika, 7/2/2006)
Menyikapi serangan terhadap Nabi Muhammad saw dan Islam semacam itu, tentu saja kaum Muslim tidak tinggal diam. Sebab, dalam ajaran Islam, pelecehan Nabi Muhammad saw merupakan kejahatan yang sangat berat hukuman pidananya. Dalam Kitabnya, Ash-Sharimul Maslul ‘ala Syatimir Rasul, Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah menyatakan, bahwa seluruh mazhab dalam Islam mempunyai sikap yang sama, yakni, siapa saja yang menghina dan melecehkan Nabi Muhammad saw, maka akan dijatuhi hukuman mati. Tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah ini.
Harian Republika melaporkan protes yang semakin meluas dari kalangan umat Islam. Pada 20 Oktober 2005, para diplomat Muslim di Denmark pun mengajukan kritik terhadap Perdana Menteri Anders Fogh Rasmussen. Para diplomat itu berasal dari Mesir, Palestina, Turki, Pakistan, Iran, Bosnia-Herzegovina, dan Indonesia. Namun dalam jawaban tertulisnya, Rasmussen mengatakan bahwa ia tidak dapat melakukan intervensi karena mengacu pada prinsip kebebasan menyampaikan pendapat. Namun ia mempersilakan jika para diplomat tersebut mengambil jalur hukum.
Pihak Jyllands-Posten sendiri menyatakan, pemuatan kartun-kartun ini pun bagian dari kebebasan berpendapat. Mengenai larangan dalam Islam untuk memvisualisasikan sosok Nabi Muhammad SAW, mereka menilai, tidak pada tempatnya jika orang non-Muslim harus mengikuti aturan Islam tersebut. Dalam situs The Christian Science Monitor, Bjorn Moller sebagai pengamat senior di Danish Institute of International Studies, mengatakan, ''Kartun tersebut tampaknya disengaja oleh harian tersebut untuk memprovokasi sentimen Muslim dengan cara yang kelihatannya sah. Akibatnya akan menjadi bisa diterima secara sosial untuk menggunakan bahasa penyampaian seperti itu dan hal itu mendorong mengasingkan Muslim serta menciptakan fanatisme,'' kata Moller.
Moller mengatakan bahwa penyampaikan publik terhadap isu ras semakin meningkat. Ia mengingatkan adanya seorang anggota parlemen dari sayap kanan yang membandingkan Muslim di Denmark dengan ''kanker''. Beda lagi dengan anggota parlemen, Martin Henriksen, dari People's Party. Ia menggambarkan Islam sebagai ''jaringan teror''. Muslim dan keyakinan mereka dipandang Henriksen sebagai musuh bagi peradaban Barat.
Saat ini jumlah Muslim di Denmark mencapai 180 ribu jiwa atau tiga per sen dari populasi 5,3 juta jiwa. Mayoritas umat Islam tersebut adalah keturunan Turki. Bahkan di parlemen Denmark terdapat tiga orang Muslim, yaitu Naser Khader yang keturunan Suriah, Husain Arac yang keturunan Turki, dan pria kelahiran Pakistan, Kamal Qurashi. Meski kecil dari segi jumlah, namun Islam menduduki peringkat kedua di negeri Skandinavia ini. Mayoritas rakyat Denmark merupakan penganut Kristen Protestan dari Lutheran.
Pemuatan kartun yang melecehkan Nabi Muhammad di koran Denmark dan diikuti oleh sejumlah media massa lainnya mengindikasikan adanya unsur kebencian, kekhawatiran akan perkembangan Islam di Eropa, dan juga unsur kebodohan. Itu tampak dalam sejumlah respon mereka terhadap reaksi keras kaum Muslim se-dunia terhadap pemuatan kartun-kartun yang melecehkan Nabi Muhammad saw. Sejak dulu, kaum Kristen Eropa dihantui oleh ketakutan terhadap Islam. Perkembangan Islam di Eropa sangat mengkhawatirkan mereka.
Dalam sebuah situs yang menyiarkan kartun-kartun Nabi Muhammad, (http://face-of-muhammed.blogspot.com), mereka menyatakan, bahwa hingga kini, di tengah perkembangan zaman, Islam masih tetap tidak tersentuh, masih stagnan, baik yang radikal maupun moderat. Islam saat ini membelenggu lebih dari 1 milyar manusia. Hanya muslim reformis yang berusaha mengurangi kesenjangan Islam dan Barat. Tapi, kini, dalam kasus kartun Nabi Muhammad saw, kaum Muslim moderat pun tiba-tiba berdiam diri.
Disebutkan juga dalam situs ini: “In modern times, waves of immigrants from Muslim countries have entered Europe. All European countries have been subject to islamization; the process of slowly incorporating Islamic values and Muslim customs into our way of life.” (Di zaman modern, gelombang imigran dari negeri-negeri Muslim telah memasuki Eropa. Seluruh negara Eropa telah menjadi sasaran Islamisasi; sebuah proses inkorporasi nilai-nilai Islam dan tradisi kaum Muslim ke dalam pandangan hidup kita).
Inilah bentuk ketakutan mereka terhadap Islam, sehingga mereka berusaha sekuat tenaga untuk memojokkan dan mengusir dan mengucilkan kaum Muslim.
Inilah sikap yang nyata. Al-Quran surat Ali Imran ayat 118 menyebutkan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu, orang-orang yang berada di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (Depok, 11 Februari 2006).CONTOH PENIPUAN MELALUI MEDIA MASSA
Media massa memang bisa menjadi senjata yang cukup massif dalam melakukan propaganda. Jikalau sebuah berita bohong dapat dimuat, dibaca, dan diyakini oleh banyak orang sekaligus, maka masyarakat akan dapat dibuat berbalik dari berpegang teguh kepada Islam menjadi meragukan kebenaran Islam. Sebagaimana kebohongan Syiah dalam pemberitaan di media berikut ini:
Hoax oleh Wartawan Syiah di Harian Fajar
Di samping itu banyak pula berita-berita palsu yang memang sengaja disebarluaskan oleh kaum Kafir untuk memanipulasi dan memperdaya ummat Islam. Dari sinilah kita perlu waspada, untuk bertabayyun terhadap berita dari orang-orang fasik.
1 comments:
seharunya yang membuat film kartun tetang nabi Muhammad SAW itu harus di hukum mati. . . . .
karena yang membuat film kartun itu sudah merusak nama baek nabi apa lagi merusak nama baek islam .. . . . .
dan yang saya tidak suka lagi nabi Muhammad SAW di lecehkan seperti TERORIS yang membawa BOM. . . . . .
Posting Komentar
Mohon saran dan kritiknya