(www.smkalfurqan.com) Bila dalam Kurikulum 2006 (KTSP) kegiatan
pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah), maka pemerintah mengambil alih kewenangan guru dengan Kurikulum 2013, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus
dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan. Pemerintah berdalih bahwa guru belum mampu untuk merencanakan kurikulumnya sendiri sehingga akan "mengedrop" kurikulum baru dalam bentuk matang, sudah siap pakai.
Meski demikian guru tetap saja
dituntut untuk dapat memahami seluruh pesan dan gambaran yang terkandung
dalam silabus, mengingat guru sendirilah yang akan terjun dan berhadapan dengan peserta didik. Sehingga nantinya akan dibutuhkan kegiatan-kegiatan telaah (kajian) silabus tampak menjadi penting. Harapannya ini akan difasilitasi oleh forum MGMP, sehingga diharapkan para guru
dapat memperoleh perspektif yang lebih tajam, utuh dan komprehensif
dalam memahami seluruh isi silabus yang telah disiapkan tersebut.
Namun kegembiraan sebagian guru nampaknya harus diurungkan mengingat penyusunan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) masih akan tetap
menjadi tugas guru, dengan berusaha
mengembangkan dari Buku Babon (termasuk silabus) yang telah di-dropping dari
pemerintah.
Bapak Akhmad Sudrajat dalam blognya menemukan sebuah model RPP (dari komunitas FaceBook Ikatan Guru Indonesia, hasil Seminar Kurikulum 2013 yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) di Surabaya, 17 Maret 2013) yang bisa
dijadikan referensi.
beberapa nuansa perbedaan antara RPP Kurikulum 2013 dengan RPP yang
dikembangkan selama ini, diantaranya:
- Langkah-langkah pembelajaran tidak lagi mencantumkan secara eksplisit dan rinci tentang siklus eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, tetapi telah terbingkai secara utuh, dengan merujuk pada metode pembelajaran yang dipilih.
- Nilai-nilai dalam pendidikan karakter tidak hanya sekedar “ditempelkan” dalam rumusan tujuan atau langkah-langkah pembelajaran. Ini semoga bisa memberikan petunjuk bagaimana sekolah Islam seperti SMK Al-Furqan bisa mewujudkan nilai-nilai keislaman secara integral.
- Dan yang paling utama, pendekatan pembelajaran yang hendak dikembangkan telah menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang lebih mengedepankan peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya. Sementara guru lebih banyak menampilkan perannya sebagai pembimbing dan fasilitator belajar siswa (lihat langkah-langkah dalam kegiatan inti).
0 comments:
Posting Komentar
Mohon saran dan kritiknya