Dalam mempelajari berbagai disiplin
ilmu, matematika sering digunakan, baik dalam bentuk perhitungan, penalaran,
penggunaan simbul dan pengambilan keputusan. Hal ini mengindikasikan bahwa
matematika memiliki arti sebagai “pelayan ilmu”. Tetapi perlu juga diperhatikan
bahwa perkembangan matematika tidak tergantung pada bidang ilmu lain, sehingga
selain sebagai pelayan ilmu, matematika juga berarti sebagai “ratu” (Queen
of Science). Penggunaan perhitungan sebenarnya tidak akan pernah lepas dari
aktivitas manusia setiap harinya dan karenanya matematika dapat diartikan
sebagai “aktivitas hidup” dan ketika melakukan aktivitas tersebut, sering kali
dihadapkan pada suatu pilihan yang memerlukan spekulasi untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik.
Mendengar kata ”Matematika”,
kebanyakan orang akan merasakan sesuatu yang tak menyenangkan. Mereka akan
membayangkan angka-angka yang rumit dan susah dipecahkan, terbayang rumus-rumus
yang sulit dihapal dan dimengerti. Matematika juga sering dipahami sebagai
sesuatu yang mutlak sehingga seolah-olah tidak ada kemungkinan cara menjawab
yang berbeda terhadap suatu masalah. Matematika dipahami sebagai sesuatu yang
serba pasti. Siswa yang belajar di sekolah pun menerima pelajaran matematika
sebagai sesuatu yang mesti tepat dan sedikitpun tak boleh salah. Sehingga
matematika menjadi beban dan bahkan menjadi sesuatu yang menakutkan.
Banyak mitos menyesatkan mengenai
matematika. Mitos-mitos salah ini memberi andil besar dalam membuat sebagian
masyarakat merasa alergi bahkan tidak menyukai matematika. Akibatnya, mayoritas
siswa kita mendapat nilai buruk untuk bidang studi ini, bukan lantaran tidak
mampu, melainkan karena sejak awal sudah merasa alergi dan takut sehingga tidak
pernah atau malas untuk mempelajari matematika. Banyak ”mitos” sesat yang sudah
mengakar dan menciptakan persepsi negatif terhadap matematika, antara lain:
1.
Matematika adalah ilmu hafalan dari sekian banyak rumus.
Matematika
bukanlah sekadar menghafalkan rumus. Roh dasar Matematika adalah pemahaman
konsep dasar dan tidak semua rumus harus dihafalkan. Karena tanpa memahami konsep, rumus yang sudah
dihafal tidak akan bermanfaat. Mitos ini membuat siswa malas mempelajari
matematika dan akhirnya tidak mengerti apa-apa tentang matematika. Sebagai
contoh, ada soal berikut, “Basri merakit sebuah mesin 6 jam lebih lama daripada
Abrar. Jika bersama-sama mereka dapat merakit sebuah mesin dalam waktu 4 jam,
berapa lama waktu yang diperlukan oleh Abrar untuk merakit sebuah mesin
sendirian?”. Seorang yang hafal rumus persamaan kuadrat tidak akan mampu
menjawab soal tersebut apabila tidak mampu memodelkan soal tersebut ke dalam
bentuk persamaan kuadrat. Sesungguhnya, hanya sedikit rumus matematika yang perlu
(tapi tidak harus) dihapal, sedangkan sebagian besar rumus lain tidak perlu
dihafal, melainkan cukup dimengerti konsepnya. Salah satu contoh, jika siswa
mengerti konsep anatomi bentuk irisan kerucut, maka lebih dari 90 persen
rumus-rumus irisan kerucut tidak perlu dihafal.
2.
Matematika adalah ilmu abstrak dan tidak berhubungan dengan realita.
Mitos ini yang menjadikan banyak orang enggan berhubungan
dengan Matematika dan mereka
menganggap Matematika hanyalah pelajaran ketika di sekolah saja, tidak bisa digunakan
dalam penerapan kehidupan sehari-hari. Padahal, Matematika ada di setiap sudut
kehidupan kita. Mari kita lihat dengan seksama bagaimana proses pembuatan
jembatan jika tidak disertai dengan konsep hitungan Matematis yang kuat, maka
konstruksinya tidak akan bertahan lama. Selain itu, hampir di semua sektor, teknologi, ekonomi dan bahkan sosial,
matematika berperan secara signifikan. Konsep-konsep Kimia, Fisika, Ekonomi
semua bisa diciptakan menggunakan Matematika. Contoh paling sederhana adalah solusi dari Leonhard Euler, matematikawan
Prancis, terhadap masalah Jembatan Konisberg. Jelas bahwa Matematika sangat erat
bersinggungan dengan kehidupan sehari-hari.
3.
Matematika adalah ilmu yang membosankan, kaku, dan tidak rekreatif.
Matematika
sangatlah menyenangkan bila kita sudah menjadikan Matematika menjadi salah satu
alat untuk menemukan solusi terhadap sebuah permasalahan tertentu. Dalam proses penemuan jawaban dan solusi tidak terikat
pada satu cara saja, melainkan ada banyak metode dan langkah penyelesaian yang
bisa dikerjakan. Dalam proses menemukan jawaban, kita bebas memilih cara mana
yang kita lakukan. Ketika
berhasil menemukan cara cepat dari pengembangan konsep Matematika tentunya kita
akan bangga dan menjadi lebih tertantang untuk menemukan cara-cara lain untuk
menyelesaikan sebuah permasalahan Matematika. Bila sudah terlanjur asyik dengan
Matematika rasanya sangat menyenangkan.
Selain tidak membosankan, matematika juga
rekreatif dan menyenangkan. Albert Einstein, tokoh fisika terbesar abad ke-20,
menyatakan bahwa matematika adalah senjata utama dirinya dalam merumuskan
konsep relativitasnya yang sangat terkenal tersebut. Menurut Einstein, dia
menyukai matematika ketika pamannya menjelaskan bahwa prosedur kerja matematika
mirip dengan cara kerja detektif, sebuah lakon yang sangat disukainya sejak
kecil. Memang, cara kerja matematika mirip sebuah permainan. Mula-mula kita
harus mengidentifikasi variabel-variabel atau parameter-parameter yang ada
melalui atributnya masing-masing. Setelah itu, laksanakan operasi di antara
variabel dan parameter tersebut. Yang paling menyenangkan, dalam melakukan
operasi kita dibebaskan melakukan manipulasi (trik) semau kita agar sampai
kepada solusi yang diharapkan. Kebebasan melakukan manipulasi dalam operasi
matematika inilah yang menantang dan mengundang keasyikan tersendiri, bak
sedang dalam permainan atau petualangan. Karena itu, tidak mengherankan jika
terkadang kita menjumpai siswa yang asyik menyendiri dengan soal-soal
matematikanya.
Selain itu, secara intrinsik matematika juga
memiliki angka berupa bilangan bulat yang mengandung misteri yang sangat
mengasyikkan. Misalnya Anda melakukan operasi perkalian maupun pertambahan
terhadap dua bilangan tertentu, maka terkadang akan muncul bilangan yang
memiliki bentuk simetri tertentu. Contoh lain, Anda dapat menunjukkan kemahiran
menebak dengan tepat angka tertentu yang telah mengalami beberapa operasi. Bagi
yang belum memahami matematika, kemampuan menebak angka dianggap sihir, padahal
itu merupakan operasi. Matematika adalah ilmu yang mudah dan menyenangkan.
Karena itu, siapa pun mampu mempelajarinya dengan baik.
4.
Matematika hanya menggunakan otak
Aktivitas matematika memang memerlukan logika dan
kecerdasan otak. Namun, logika dan kecerdasan saja tidak mencukupi. Untuk dapat
berkembang, matematika sangat membutuhkan kreativitas dan intuisi manusia
seperti halnya seni dan sastra. Mareka beranggapan “Hanya orang yang berbakat
istimewa serta memiliki kecerdasan yang tinggi yang bisa mempelajari ilmu
matematika”. Akibatnya, mereka yang merasa kecerdasannya rendah tidak
termotivasi untuk belajar matemtaika. Tentunya ini adalah cara pandang yang
salah. Belajar itu tidak memandang tinggi rendahnya tingkat kecerdasan. Orang
yang pandai matematika sekalipun, pastinya mereka juga melewati saat-saat
ketika mereka tidak mengerti sama sekali tentang ilmu matematika. Jadi, tidak
ada alasan untuk kita menjauhi ilmu matematika.
5.
Matematika memaksa untuk menghitung.
Hal yang tidak asing lagi kita dengar ketika
bertanya kepada siswa kenapa mereka tidak suka belajar matematika. Hal ini
dikarenakan malas berhitung. Mereka beranggapan berhitung itu adalah hal yang
membosankan, yang menjenuhkan, yang memaksa mereka untuk berpikir keras untuk
menemukan suatu jawaban yang pasti benar. Kejadian seperti ini yang membuat
mereka malas untuk belajar matematika. Padahal di dunia matematika,
berhitung hanyalah sebagian kecil isi dari keseluruhan matematika. Berhitung
hanyalah syarat perlu untuk menemukan jawaban yang benar. Selain mengerjakan
penghitungan-penghitungan, orang juga berusaha memahami mengapa penghitungan
itu dikerjakan dengan suatu cara tertentu.
6.
Harus cepat dalam menghitung.
Memang
satu hal ini yang menjadi mitos paling serius harus ditanggapi. Matematika
memang berkaitan dengan hitung-menghitung seperti yang mutlak harus dikuasai
waktu di SD dulu. Tapi menginjak SMP dan SMA hitung-menghitung hanyalah alat
bantu untuk menemukan solusi pemecahan masalah Matematika. Proses analisis
penalaran terhadap masalah atau soal sehingga bisa menemukan formula dan model
Matematika lalu diselesaikan menggunakan konsep menghitung. Jadi peranan
penalaran dan pemahaman konsep adalah satu hal yang menjadi titik berat dalam
Matematika.
7.
Matematika menuntut untuk menghasilkan satu – satunya jawaban yang benar
Hal ini juga menimbulkan rasa malas seseorang
untuk belajar matematika. Jawaban yang benar memang penting dan harus
diusahakan. Namun yang lebih penting adalah bagaimana untuk memperoleh jawaban yang benar itu. Dengan kata lain, dalam
menyelesaikan persoalan matematika yang lebih penting adalah proses, pemahaman,
penalaran, strategi, dan metode yang digunakan dalam menyelesaikan persoalan
tersebut sampai menghasilkan jawaban yang benar. Itu adalah cara yang benar
dalam mempelajari matematika. Jadi, jangan takut jawaban salah, yang penting
penalaran benar. Tinggal dilatih untuk proses berhitung saja. Sebenarnya,
solusi matematika yang bersifat tunggal dapat menimbulkan kenyamanan karena
tegas dan pasti.
8.
Kebenaran matematika adalah kebenaran mutlak
Kebenaran dalam matematika sebenarnya bersifat
nisbi. Kebenaran matematika tergantung pada kesepakatan awal yang disetujui bersama yang disebut ‘postulat’
atau ‘aksioma’. Bahkan ada anggapan bahwa tidak ada kebenaran (truth)
dalam matematika, yang ada hanyalah keabsahan (validity), yaitu
penalaran yang sesuai dengan aturan logika yang digunakan manusia pada umumnya.
9.
Image seram matematika yang dibudayakan turun temurun
Ini adalah alasan yang sangat jelas menghantui masyarakat. Kenapa mereka
tidak menyukai matematika? Hal itu dikarenakan secara turun temurun mereka
mengenal matematika adalah ilmu yang sangat sulit untuk dipelajari. Hal ini
tentunya berkaitan erat dengan beberapa faktor diatas. Lalu bagaimana baiknya
kita memandang ilmu matematika? Ketakutan hanyalah sebuah sugesti. Dan nyatanya
sekarang kita hanya tersugesti dengan ketakutan-ketakutan akan ilmu matematika.
Yang harus kita lakukan adalah pikirkan bahwa matematika adalah suatu hal yang
menyenangkan, suatu hal yang menantang, dan harus kita kuasai. Dan mulailah
untuk mencintai Matematika.
Cara Mengatasi ketakutan pada matematika
- Kembangkanlah
sikap positif. Yakinlah bahwa semua orang bisa matematika asalkan belajar
dengan cara yang benar yaitu melalui pemahaman dan pengertian.
- Seringlah
bertanya. Timbulkan niat untuk mengerti matematika. Jangan malu bertanya
bila tidak mengerti saat sedang diterangkan, mintalah ilustrasi atau
simulasi yang jelas saat diajarkan.
- Berlatihlah
secara rutin, apalagi jika sering mengalami kesulitan. Carilah contoh soal
matematika di buku dan internet untuk berlatih. Jika ada soal yang sulit
carilah pembahasan soal matematika untuk topik tersebut.
- Jangan hanya
membaca contoh soal, tapi kerjakanlah contoh soal tersebut. Ujilah diri
sendiri sampai yakin bahwa kita mengerti apa yang kita kerjakan.
- Jangan putus asa
jika melakukan kesalahan. Justru dengan banyaknya melakukan kesalahan saat
berlatih, kita akan lebih cepat mengerti dan saat ujian nanti kesalahan
yang sama akan bisa dihindari.
Oleh karena itu, marilah kita
tinggalkan semua mitos menyesatkan menganai matematika dan menggantinya dengan
menggali mengenai fakta-fakta terbaru mengenai matematika. Jangan pernah
berpikir bahwa matematika itu sulit, karena semakin dipikirkan, matematika akan
benar-benar menjadi sulit. Bukankah semua hal bermula dari pikiran? Karenanya,
marilah berpikir bahwa matematika itu mudah dan menyenangkan. Cobalah untuk
menyukai matematika, karena dengan mencoba menyukai matematika, maka semua
masalah yang dikira sulit akan menjadi lebih mudah, bahkan akan membuat rasa
penasaran untuk mengerjakan masalah matematika yang lainnya.
2 comments:
Artix klo sy takut matematik sy tsesat ya?
tdk juga...
Posting Komentar
Mohon saran dan kritiknya