Berita Terbaru :

Menghilangkan Mitos Sesat Matematika dan Menjadikan Matematika Sebagai Pelajaran yang Menyenangkan

(SMKAF) Mathematics is the mother of science. Semua pelajaran atau bidang ilmu yang lain pasti butuh matematika, meskipun cuma angka-angka saja misalnya Fisika, Kimia, Ekonomi, Teknik, dll. Juga ada pernyataan salah kaprah bahwa orang yang mahir matematika pasti dianggap pintar. Meskipun salah kaprah tapi ini tetap menunjukkan eksistensi matematika sebagai salah satu pelajaran vital yang mutlak dan wajib dikuasai. Keterampilan dasar untuk berdagang bukan pelajaran yang lain, tapi matematika.
Dalam mempelajari berbagai disiplin ilmu, matematika sering digunakan, baik dalam bentuk perhitungan, penalaran, penggunaan simbul dan pengambilan keputusan. Hal ini mengindikasikan bahwa matematika memiliki arti sebagai “pelayan ilmu”. Tetapi perlu juga diperhatikan bahwa perkembangan matematika tidak tergantung pada bidang ilmu lain, sehingga selain sebagai pelayan ilmu, matematika juga berarti sebagai “ratu” (Queen of Science). Penggunaan perhitungan sebenarnya tidak akan pernah lepas dari aktivitas manusia setiap harinya dan karenanya matematika dapat diartikan sebagai “aktivitas hidup” dan ketika melakukan aktivitas tersebut, sering kali dihadapkan pada suatu pilihan yang memerlukan spekulasi untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik.
Mendengar kata ”Matematika”, kebanyakan orang akan merasakan sesuatu yang tak menyenangkan. Mereka akan membayangkan angka-angka yang rumit dan susah dipecahkan, terbayang rumus-rumus yang sulit dihapal dan dimengerti. Matematika juga sering dipahami sebagai sesuatu yang mutlak sehingga seolah-olah tidak ada kemungkinan cara menjawab yang berbeda terhadap suatu masalah. Matematika dipahami sebagai sesuatu yang serba pasti. Siswa yang belajar di sekolah pun menerima pelajaran matematika sebagai sesuatu yang mesti tepat dan sedikitpun tak boleh salah. Sehingga matematika menjadi beban dan bahkan menjadi sesuatu yang menakutkan.
Banyak mitos menyesatkan mengenai matematika. Mitos-mitos salah ini memberi andil besar dalam membuat sebagian masyarakat merasa alergi bahkan tidak menyukai matematika. Akibatnya, mayoritas siswa kita mendapat nilai buruk untuk bidang studi ini, bukan lantaran tidak mampu, melainkan karena sejak awal sudah merasa alergi dan takut sehingga tidak pernah atau malas untuk mempelajari matematika. Banyak ”mitos” sesat yang sudah mengakar dan menciptakan persepsi negatif terhadap matematika, antara lain:

1.      Matematika adalah ilmu hafalan dari sekian banyak rumus.
Matematika bukanlah sekadar menghafalkan rumus. Roh dasar Matematika adalah pemahaman konsep dasar dan tidak semua rumus harus dihafalkan. Karena tanpa memahami konsep, rumus yang sudah dihafal tidak akan bermanfaat. Mitos ini membuat siswa malas mempelajari matematika dan akhirnya tidak mengerti apa-apa tentang matematika. Sebagai contoh, ada soal berikut, “Basri merakit sebuah mesin 6 jam lebih lama daripada Abrar. Jika bersama-sama mereka dapat merakit sebuah mesin dalam waktu 4 jam, berapa lama waktu yang diperlukan oleh Abrar untuk merakit sebuah mesin sendirian?”. Seorang yang hafal rumus persamaan kuadrat tidak akan mampu menjawab soal tersebut apabila tidak mampu memodelkan soal tersebut ke dalam bentuk persamaan kuadrat. Sesungguhnya, hanya sedikit rumus matematika yang perlu (tapi tidak harus) dihapal, sedangkan sebagian besar rumus lain tidak perlu dihafal, melainkan cukup dimengerti konsepnya. Salah satu contoh, jika siswa mengerti konsep anatomi bentuk irisan kerucut, maka lebih dari 90 persen rumus-rumus irisan kerucut tidak perlu dihafal.

2.      Matematika adalah ilmu abstrak dan tidak berhubungan dengan realita.
Mitos ini yang menjadikan banyak orang enggan berhubungan dengan Matematika dan mereka menganggap Matematika hanyalah pelajaran ketika di sekolah saja, tidak bisa digunakan dalam penerapan kehidupan sehari-hari. Padahal, Matematika ada di setiap sudut kehidupan kita. Mari kita lihat dengan seksama bagaimana proses pembuatan jembatan jika tidak disertai dengan konsep hitungan Matematis yang kuat, maka konstruksinya tidak akan bertahan lama. Selain itu, hampir di semua sektor, teknologi, ekonomi dan bahkan sosial, matematika berperan secara signifikan. Konsep-konsep Kimia, Fisika, Ekonomi semua bisa diciptakan menggunakan Matematika. Contoh paling sederhana adalah solusi dari Leonhard Euler, matematikawan Prancis, terhadap masalah Jembatan Konisberg. Jelas bahwa Matematika sangat erat bersinggungan dengan kehidupan sehari-hari.

3.      Matematika adalah ilmu yang membosankan, kaku, dan tidak rekreatif.
Matematika sangatlah menyenangkan bila kita sudah menjadikan Matematika menjadi salah satu alat untuk menemukan solusi terhadap sebuah permasalahan tertentu. Dalam proses penemuan jawaban dan solusi tidak terikat pada satu cara saja, melainkan ada banyak metode dan langkah penyelesaian yang bisa dikerjakan. Dalam proses menemukan jawaban, kita bebas memilih cara mana yang kita lakukan. Ketika berhasil menemukan cara cepat dari pengembangan konsep Matematika tentunya kita akan bangga dan menjadi lebih tertantang untuk menemukan cara-cara lain untuk menyelesaikan sebuah permasalahan Matematika. Bila sudah terlanjur asyik dengan Matematika rasanya sangat menyenangkan.
Selain tidak membosankan, matematika juga rekreatif dan menyenangkan. Albert Einstein, tokoh fisika terbesar abad ke-20, menyatakan bahwa matematika adalah senjata utama dirinya dalam merumuskan konsep relativitasnya yang sangat terkenal tersebut. Menurut Einstein, dia menyukai matematika ketika pamannya menjelaskan bahwa prosedur kerja matematika mirip dengan cara kerja detektif, sebuah lakon yang sangat disukainya sejak kecil. Memang, cara kerja matematika mirip sebuah permainan. Mula-mula kita harus mengidentifikasi variabel-variabel atau parameter-parameter yang ada melalui atributnya masing-masing. Setelah itu, laksanakan operasi di antara variabel dan parameter tersebut. Yang paling menyenangkan, dalam melakukan operasi kita dibebaskan melakukan manipulasi (trik) semau kita agar sampai kepada solusi yang diharapkan. Kebebasan melakukan manipulasi dalam operasi matematika inilah yang menantang dan mengundang keasyikan tersendiri, bak sedang dalam permainan atau petualangan. Karena itu, tidak mengherankan jika terkadang kita menjumpai siswa yang asyik menyendiri dengan soal-soal matematikanya.
Selain itu, secara intrinsik matematika juga memiliki angka berupa bilangan bulat yang mengandung misteri yang sangat mengasyikkan. Misalnya Anda melakukan operasi perkalian maupun pertambahan terhadap dua bilangan tertentu, maka terkadang akan muncul bilangan yang memiliki bentuk simetri tertentu. Contoh lain, Anda dapat menunjukkan kemahiran menebak dengan tepat angka tertentu yang telah mengalami beberapa operasi. Bagi yang belum memahami matematika, kemampuan menebak angka dianggap sihir, padahal itu merupakan operasi. Matematika adalah ilmu yang mudah dan menyenangkan. Karena itu, siapa pun mampu mempelajarinya dengan baik.

4.      Matematika hanya menggunakan otak
Aktivitas matematika memang memerlukan logika dan kecerdasan otak. Namun, logika dan kecerdasan saja tidak mencukupi. Untuk dapat berkembang, matematika sangat membutuhkan kreativitas dan intuisi manusia seperti halnya seni dan sastra. Mareka beranggapan “Hanya orang yang berbakat istimewa serta memiliki kecerdasan yang tinggi yang bisa mempelajari ilmu matematika”. Akibatnya, mereka yang merasa kecerdasannya rendah tidak termotivasi untuk belajar matemtaika. Tentunya ini adalah cara pandang yang salah. Belajar itu tidak memandang tinggi rendahnya tingkat kecerdasan. Orang yang pandai matematika sekalipun, pastinya mereka juga melewati saat-saat ketika mereka tidak mengerti sama sekali tentang ilmu matematika. Jadi, tidak ada alasan untuk kita menjauhi ilmu matematika.

5.      Matematika memaksa untuk menghitung.
Hal yang tidak asing lagi kita dengar ketika bertanya kepada siswa kenapa mereka tidak suka belajar matematika. Hal ini dikarenakan malas berhitung. Mereka beranggapan berhitung itu adalah hal yang membosankan, yang menjenuhkan, yang memaksa mereka untuk berpikir keras untuk menemukan suatu jawaban yang pasti benar. Kejadian seperti ini yang membuat mereka malas untuk belajar matematika.  Padahal di dunia matematika, berhitung hanyalah sebagian kecil isi dari keseluruhan matematika. Berhitung hanyalah syarat perlu untuk menemukan jawaban yang benar. Selain mengerjakan penghitungan-penghitungan, orang juga berusaha memahami mengapa penghitungan itu dikerjakan dengan suatu cara tertentu.

6.      Harus cepat dalam menghitung.
Memang satu hal ini yang menjadi mitos paling serius harus ditanggapi. Matematika memang berkaitan dengan hitung-menghitung seperti yang mutlak harus dikuasai waktu di SD dulu. Tapi menginjak SMP dan SMA hitung-menghitung hanyalah alat bantu untuk menemukan solusi pemecahan masalah Matematika. Proses analisis penalaran terhadap masalah atau soal sehingga bisa menemukan formula dan model Matematika lalu diselesaikan menggunakan konsep menghitung. Jadi peranan penalaran dan pemahaman konsep adalah satu hal yang menjadi titik berat dalam Matematika.

7.      Matematika menuntut untuk menghasilkan satu – satunya jawaban yang benar
Hal ini juga menimbulkan rasa malas seseorang untuk belajar matematika. Jawaban yang benar memang penting dan harus diusahakan. Namun yang lebih penting adalah bagaimana untuk memperoleh jawaban yang benar itu. Dengan kata lain, dalam menyelesaikan persoalan matematika yang lebih penting adalah proses, pemahaman, penalaran, strategi, dan metode yang digunakan dalam menyelesaikan persoalan tersebut sampai menghasilkan jawaban yang benar. Itu adalah cara yang benar dalam mempelajari matematika. Jadi, jangan takut jawaban salah, yang penting penalaran benar. Tinggal dilatih untuk proses berhitung saja. Sebenarnya, solusi matematika yang bersifat tunggal dapat menimbulkan kenyamanan karena tegas dan pasti.

8.      Kebenaran matematika adalah kebenaran mutlak
Kebenaran dalam matematika sebenarnya bersifat nisbi. Kebenaran matematika tergantung pada kesepakatan awal yang disetujui bersama yang disebut ‘postulat’ atau ‘aksioma’. Bahkan ada anggapan bahwa tidak ada kebenaran (truth) dalam matematika, yang ada hanyalah keabsahan (validity), yaitu penalaran yang sesuai dengan aturan logika yang digunakan manusia pada umumnya.

9.      Image seram matematika yang dibudayakan turun temurun
Ini adalah alasan yang sangat jelas menghantui masyarakat. Kenapa mereka tidak menyukai matematika? Hal itu dikarenakan secara turun temurun mereka mengenal matematika adalah ilmu yang sangat sulit untuk dipelajari. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan beberapa faktor diatas. Lalu bagaimana baiknya kita memandang ilmu matematika? Ketakutan hanyalah sebuah sugesti. Dan nyatanya sekarang kita hanya tersugesti dengan ketakutan-ketakutan akan ilmu matematika. Yang harus kita lakukan adalah pikirkan bahwa matematika adalah suatu hal yang menyenangkan, suatu hal yang menantang, dan harus kita kuasai. Dan mulailah untuk mencintai Matematika.

Cara Mengatasi ketakutan pada matematika
  1. Kembangkanlah sikap positif. Yakinlah bahwa semua orang bisa matematika asalkan belajar dengan cara yang benar yaitu melalui pemahaman dan pengertian.
  2. Seringlah bertanya. Timbulkan niat untuk mengerti matematika. Jangan malu bertanya bila tidak mengerti saat sedang diterangkan, mintalah ilustrasi atau simulasi yang jelas saat diajarkan.
  3. Berlatihlah secara rutin, apalagi jika sering mengalami kesulitan. Carilah contoh soal matematika di buku dan internet untuk berlatih. Jika ada soal yang sulit carilah pembahasan soal matematika untuk topik tersebut.
  4. Jangan hanya membaca contoh soal, tapi kerjakanlah contoh soal tersebut. Ujilah diri sendiri sampai yakin bahwa kita mengerti apa yang kita kerjakan.
  5. Jangan putus asa jika melakukan kesalahan. Justru dengan banyaknya melakukan kesalahan saat berlatih, kita akan lebih cepat mengerti dan saat ujian nanti kesalahan yang sama akan bisa dihindari.

Oleh karena itu, marilah kita tinggalkan semua mitos menyesatkan menganai matematika dan menggantinya dengan menggali mengenai fakta-fakta terbaru mengenai matematika. Jangan pernah berpikir bahwa matematika itu sulit, karena semakin dipikirkan, matematika akan benar-benar menjadi sulit. Bukankah semua hal bermula dari pikiran? Karenanya, marilah berpikir bahwa matematika itu mudah dan menyenangkan. Cobalah untuk menyukai matematika, karena dengan mencoba menyukai matematika, maka semua masalah yang dikira sulit akan menjadi lebih mudah, bahkan akan membuat rasa penasaran untuk mengerjakan masalah matematika yang lainnya.
Share this Article on :

2 comments:

Rudolf mengatakan...

Artix klo sy takut matematik sy tsesat ya?

linda mengatakan...

tdk juga...

Posting Komentar

Mohon saran dan kritiknya


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Seluruh kebaikan dari situs ini boleh disebarluaskan tanpa harus mengutip sumber aslinya, karena pahala hanya dari Allah | Dikelola oleh © SMK Al-Furqan Jember.