Berita Terbaru :

Visi Sekolah Islam yang Harus Dikuasai Guru (bag. 2)

(www.smkalfurqan.com) ini adalah lanjutan dari tulisan terdahulu "Tantangan Sekolah Islam yang Harus Diketahui Guru (bag. 1)"

Sumber :http://www.smkalfurqan.com/2014/01/tantangan-sekolah-islam-yang-harus.html
SMK Al-Furqan Jember - Sekolah berbasis Al-Quran dan Sunnah
Tantangan Sekolah Islam yang Harus Diketahui Guru (bag. 1)

Sumber :http://www.smkalfurqan.com/2014/01/tantangan-sekolah-islam-yang-harus.html
SMK Al-Furqan Jember - Sekolah berbasis Al-Quran dan Sunnah
Tantangan Sekolah Islam yang Harus Diketahui Guru (bag. 1)

Sumber :http://www.smkalfurqan.com/2014/01/tantangan-sekolah-islam-yang-harus.html
SMK Al-Furqan Jember - Sekolah berbasis Al-Quran dan Ta.



B.    Jebakan Sekulerisme

Tantangan kedua adalah “jebakan kurikulum sekuler” yang masih banyak lembaga pendidikan Islam yang belum benar-benar menata kurikulumnya berdasarkan konsep keilmuan Islam, sehingga praktis kurikulumnya bercampur aduk antara yang benar dan yang salah. Padahal sekolah Islam diharapkan menjadi penata akhlak generasi Muslim muda.

Adian Husaini mencontohkan dalam Kurikulum sains, siswa belum diarahkan untuk mencetak manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa, tetapi hanya diarahkan semata-mata untuk memberikan kemampuan siswa menjawab soal-soal ujian atau paling jauh sekedar mengetahui. Tanpa dibangkitkan kesadaran untuk mengagumi kebesaran Allah (tauhid).

Masih banyak siswa-siswa sekolah Islam yang belum mengenal ilmuwan-ilmuwan Muslim sejati, yang bukan hanya pakar di bidang sains, tetapi mereka juga ulama-ulama yang sangat hebat, seperti Abu rayhan al-Biruni, Fakhruddin al-Razi, Ibn Khaldun, Imam al-Ghazali, dan sebagainya. Mereka tidak mengenal sejarah sains, sampai-sampai menganggap peradaban Barat mewarisi sains dari Yunani, padahal sejatinya dari para ilmuwan muslim.

Tim Wallace-Murphy mengingatkan “The West Debt to Islam” (Hutang Barat terhadap Islam) dalam bukunya yang berjudul “What Islam Did For Us: Understanding Islam’s Contribution to Western Civilization” (London: Watkins Publishing, 2006). Penulis buku ini berpendapat hutang Barat terhadap Islam adalah hal yang tak ternilai harganya.

Even the brief study of history revealed in these pages demonstrates that European culture owes an immense and immeasurable debt to the world of Islam,” ‒Tim Wallace-Murphy.

Pentingnya kurikulum Islami mengenalkan pelbagai sejarah Islam, agar siswa sekolah Islam akan lebih percaya diri mengemban misi ideologi Islam dan tidak mudah minder terhadap kemajuan teknologi Barat atau malah antipati membabi-buta.

Yakni manakala siswa kelak bersentuhan dengan budaya Barat dan tidak pernah mengenal sejarah Islam sebelumnya, maka dikhawatirkan dua sikap siswa berikut ini:

  1. yang aqidahnya lemah biasanya akan terseret-seret memuja peradaban Barat, sampai-sampai menganggap pandangan hidup dan nilai kebenaran Barat-lah yang menjadi penentu kemajuan mereka.
  2. yang aqidahnya kuat tak jarang juga kurang apresiatif kepada kemajuan teknologi sehingga menolaknya, menganggap semua hal tersebut tidak Islami.
Contoh sekolah yang terjebak dalam kurikulum sekuler, dalam pelajaran sejarah masih banyak yang mengajarkan sejarah manusia secara sekuler dan meterialis, semata-mata hanya merujuk kepada bukti fosil-fosil manusia, tanpa memadukan tiga sumber ilmu: panca indera, akal, dan Al-Qur’an dan Hadits. Akhirnya siswa lahir dengan meyakini nenek moyang manusia adalah kera, tapi lucunya di saat yang sama kadang juga meyakini nenek moyangnya adalam Adam AS. Kebingungan ini dipecahkan dengan satu jawaban opportunis: “Jawabannya tergantung pada mata pelajaran apa, sejarah atau agama.” Jadi sama sekali tidak membekas dalam prinsip keimanannya.

Masih banyaknya buku-buku pelajaran yang sekular di sekolah Islam yang hanya mengandalkan ilmu empiris dan rasional. Bahkan, banyak yang dijebak oleh cara berpikir bahwa agama bukanlah ilmu; sehingga pelajaran sains, sejarah, sosiologi, ekonomi, politik, dan sebagainya, dijauhkan dari sumber-sumber Islam (Al-Qur’an dan Hadits), disekulerkan! 

Alhamdulillah di Yayasan Al-Furqan Jember, kita masih bisa menanamkan kesadaran bahwa semua ustadz adalah guru agama, dalam artian mendasarkan semua pelajarannya dengan sumber Islam. Bukan sekedar dengan menempelkan ayat, tapi menanamkan ruh kebangkitan Islam di setiap tatap mukanya. Semoga ini terus menjalar ke semua sekolah Islam lainnya!

*Tulisan ini juga dimaksudkan untuk Madrasah dan Pesantren

(Selesai)
Share this Article on :

1 comments:

Rido Ramdan Sumantri mengatakan...

Kalau
boleh diibaratkan secara gampangnya, lembaga-lembaga liberal seperti
JIL, Paramadina dan semacamnya itu adalah semacam pedagang kaki lima
atau kios-kios kecil yang jualan Islam liberal. Sedang perguruan tinggi
Islam negeri se-Indonesia di bawah Depag,
kini Kemenag (Kementerian Agama) itu telah difungsikan ibarat toko-toko
resmi untuk jualan Islam liberal alias pemurtadan.

Itu
setelah mereka “kulakan faham kekafiran” dengan cara intensif
menyekolahkan dosen-dosen IAIN se-Indonesia ke perguruan tinggi kafir di
negeri-negeri Barat, Amerika, Eropa, Australia dan sebagainya. Mereka
belajar atas nama studi Islam tapi ke negeri-negeri kafir. Kemudian
hasil “kulakan faham kekafiran” itu dijual di toko-toko resmi yang
ujudnya IAIN, UIN, STAIN dan semacamnya yakni perguruan tinggi Islam
se-Indonesia. Karena jualannya sudah berganti dengan “faham kekafiran
hasil kulakan dari negeri-negeri kafir”, maka untuk memuluskannya,
diubahlah kurikulum IAIN se-Indonesia oleh Harun Nasution, dari
kulrikulum Ahlus Sunnah diganti jadi kurikulum Mu’tazilah (aliran sesat)
yang dia sebut rasionalis. Itu untuk mengubah dari metode memahami
Islam pakai metode yang sehrusnya yakni ilmu Islam itu sendiri, diganti
dengan memahami Islam pakai sosiologi agama ala Barat, yang memandang
agama hanya sekadar fenomena social. Memang Harun Nasution kulakan
sosiologi ala Barat itu dari Universitas Amerika di Kairo lulus BA
jurusan Sosiologi tahun 1952.

Kemudian
kulakan ilmu lainnya dari negeri kafir pula di McGill University di
Kanada. (Dia bisa ke sana karena dimasukkan oleh Prof HM Rasjidi, namun
belakangan beliau sangat menyesali setelah kelakuan Harun Nasution bukan
membela Islam tetapi malah sebaliknya itu).

Posting Komentar

Mohon saran dan kritiknya


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Seluruh kebaikan dari situs ini boleh disebarluaskan tanpa harus mengutip sumber aslinya, karena pahala hanya dari Allah | Dikelola oleh © SMK Al-Furqan Jember.